Perceraian dalam sebuah pernikahan tidak bisa dilepaskan dari pengaruhnya terhadap anak .
Banyak faktor yang terlebih dahulu diperhatikan sebelum menjelaskan
tentang dampak perkembangan anak setelah terjadi suatu perceraian antara
ayah dan ibu mereka.
Berikut beberapa faktor dampak dari broken home :
1.Perubahan Usia dan Perkembangan
Usia anak pada
saat bercerai perlu dipertimbangkan. Tanggapan tanggapan anak kecil atas
perceraian ditengahi oleh terbatasnya kompetensi kognitif dan sosial
mereka, ketergantungan mereka terhadap orangtuanya.
Belum matangnya faktor kognitif dan sosial mereka akan lebih menguntungkan mereka ketika remaja.
Pada saat remaja, mereka lebih sedikit ingat mengenai konflik dan
perceraian yang terjadi pada saat mereka masih kecil. Tetapi tidak
dipungkiri bahwa mereka juga kecewa dan marah atas perkembangan
pertumbuhan mereka tanpa kehadiran keluarga yang utuh atau tidak pernah
bercerai.
Anak yang sudah menginjak remaja dan mengalami perceraian orangtua
lebih cenderung mengingat konflik dan stress yang mengitari perceraian
itu sepuluh tahun kemudian, pada tahun masa dewasa awal mereka. Mereka
juga Nampak kecewa dengan keadaan mereka yang tumbuh dalam keluarga yang
tidak utuh.
Mereka juga menjadi kawatir bila hidup mereka tidak akan lebih baik
bila mereka tidak melakukan sesuatu lebih baik. Pada masa remaja mereka
dapat masuk dan terperangkap masalah obat obatan dan kenakalan remaja
dari pada remaja yang mengalami perceraian orangtua pada saat kecil dan
remaja yang tumbuh dalam keluarga utuh.
2.Konflik
Banyak perpisahan
dan perceraian merupakan urusan yang sangat emosiaonal yang
menenggelamkan anak ke dalam konflik. Konflik ialah suatu aspek kritis
keberfungsian keluarga yang seringkali lebih berat dari pada pengaruh
struktur keluarga terhadap perkembangan anak.
Misalnya, keluarga yang bercerai dengan koflik relatif rendah lebih
baik dari pada keluarga yang utuh tetapi dengan konflik relatif tinggi.
Pada tahun setelah perceraian konflik tidak berkurang tetapi bisa akan
terus bertambah. Pada saat ini, anak laki laki dari keluarga bercerai
memperlihatkan lebih banyak masalah penyesuaian dari pada anak anak dari
keluarga utuh yang orangtuanya ada.
Selama tahun pertama setelah perceraian, kualitas pengasuhan yang
dilakukan orangtua seringkali buruk. Orangtua lebih sering sibuk dengan
kebutuhan kebutuhan dan penyesuaian dari sendiri seperti mengalami
depresi, kebingungan dan instabilitas emosional.
Selama tahun kedua setelah perceraian, orangtua lebih efektif dalam
mnegerjakan tugas tugas pengasuhan anak, khususnya anak perempuan.
3.Jenis Kelamin Anak dan Hakekat Pengasuhan
Jenis kelamin anak dan orangtua pengasuh adalah pertimbangan yang
penting dalam mengevaluasi pengaruh perceraian terhadap perkembangan
anak. Anak yang tinggal dengan orangtua pengasuh dengan kesamaan jenis
kelamin menunjukkan kondisi sosial yang lebih kompeten seperti lebih
bahagia, lebih mandiri, dan lebih dewasa dari pada anak yang tinggal
dengan orangtua pengasuh yang berbeda jenis kelamin.
Dalam sebuah kajian lain, ditemukan bahwa remaja dengan jenis kelamin
baik laki laki dan perempuan yang tinggal dengan keluarga ibu akan
lebih dapat melakukan penyesuaian dari pada tinggal bersama keluarga
ayah.
Kesimpulan tentang anak anak dari keluarga bercerai. Singkatnya,
sejumlah besar anak yang tumbuh dalam keluarga yang bercerai. Kebanyakan
anak anak pada mulanya mengalami stress berat ketika orangtua mereka
bercerai dan mereka beresiko mengembangakan masalah masalah perilaku.
Tetapi perceraian dapat juga melepaskan anak anak dari konflik
perkawinan. Banyak anak yang mengalami perceraian orangtua menjadi
individu yang berkompeten.
Monday, October 8, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment